Batik Ecoprint Mewarnai Ujian Praktik di Matsamara Tahun Pelajaran 2022-2023

Banjarnegara – Mata pelajaran (mapel) Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang di uji praktikan di MTs Ma’arif Mandiraja pada tahun ini. Ujian praktik mapel Seni Budaya untuk kelas IX kali ini yaitu membuat kerajinan batik ecoprint dengan teknik pukul karena bahan-bahannya mudah di dapatkan bahkan ada disekitar kita namun memiliki nilai seni yang tinggi. (21/2)

Nur Chasanah selaku penguji dan guru Seni Budaya mengatakan, ujian praktik mata pelajaran Seni Budaya paa tahun ini yaitu membuat batik ecoprint dengan teknik pukul. Karena batik ecoprint merupakan batik yang mudah dibuat dan bahan-bahannyapun mudah dicari bahkan ada disekeliling kita seperti kain ero dengan warna putih, daun-daunan yang bisa menghasilkan warna, plastic transparan, tawas, talenan, palu dan menyediakan ember.

Beliau menjelaskan cara membuat batik ecoprint, “Bentangkan kain diatas meja, tempelkan daun-daunan sesuai selera, tutup menggunakan plastik transparan, lalu dipukul dengan palu hingga warna daun menempel, biarkan 30 menit, angkat perlahan plastk dan daun, jemur kain hingga kering, rendam kain dalam air campuran tawas, kemudian jemur kembali hingga kering dan jadilah batik ecoprint,” terangnya.

Mahnuryanti Dewi Lestari selaku penguji dua berharap, semoga dengan adanya kegiatan praktik membuat batik dengan teknik ecoprint, peserta didik dapat lebih kreatif lagi dalam membuat motif. 

“Semoga peserta didik menjadi tertarik untuk berseni membuat batik di rumah karena membuat batik dengan teknik ini tidak memerlukan alat yang banyak, tekniknya mudah tetapi memiliki nilai jual yang cukup tinggi,” terangnya.

Fanesa Agrestia peserta didik kelas IX B mengatakan, setelah saya mengikuti ujian praktik seni budaya membuat batik saya bisa belajar bagaimana cara membuat batik dengan teknik ecoprint. saya jadi mengerti bahwa tumbuhan yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan untuk pengolahan batik dengan teknik ecoprint. Saya dapat mengetahui tumbuhan apa saja yang menghasilkan warna dan tumbuhan apa saja yang tidak menghasilkan warna saat dijadikan batik. 

“Saya juga memahami jika kita memukulnya terlalu keras akan merusak tumbuhan yang ada di dalamnya dan tentu warnanya pun akan bertabrakan dan jelek hasilnya. Saya juga dapat mengetahui tumbuhan yang menghasilkan getah yang lumayan banyak dan yang hanya menghasilkan getah sedikit, dan saya juga belajar bahwa membuat batik harus dibutuhkan kerja sama dengan yang lainnya, tanpa kerja sama proses membuat batik akan sulit dan berlangsung lama,” jelas Fanesa.



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)